Gado-Gado nyampe Italy

Yups, seperti diketahui, program pertukaran pelajar itu memberikan kesempatan untuk gua belajar bahasa baru, gua belajar hidup di situasi yang berbeda, kesempatan untuk bertemu dengan orang baru, belajar budaya dan mengetahui makanan yang baru. Tapi tidak itu saja, sebaliknya, 'mereka' dapat melakukan hal yang sama seperti gua, nah maka dari itu, Desember lalu saat lagi break sekolah, gua dan temen-temen AFS lainnya diundang untuk ke rumah salah satu volunteer AFS. 

Undangannya buat apa??? 

Buat mewujudkan 'International Food Day'.. at least, versi kita sendiri. 
Jadi, sebenernya nih, international food day itu jatuh tanggal 16 Oktober 2016, tapi berhubung itu hari sekolah, dan kayaknya sih para volunteer gak tau, makanya gak ada acara seperti itu. Gua yakin banget nih volunteer pada gak tau... soalnnya gua juga baru ngesearch sih ;)

So, instead of having it on October, we held the small party on the 29th of December.
Selfie sebelum mulai
Yang diundang itu bukan cuma anak-anak doang, melainkan beberapa volunteer dan juga host siblings diajak menikmati santap siang bersama dengan pilihan makanan dari 4 negara berbeda. Untuk sekedar ngingetin pembaca terhormat, di chapter AFS gua ada 4 anak: gua sendiri dari Indonesia, Vanda dari Thailand, Mariel dari Paraguay dan Juan Domingo dari Costa Rica. 

Intermezzo sedikit: --> Libur sekolah sudah mulai dari tanggal 23 Desember, dan gua sejak saat itu kerjaannya kadang di rumah, jalan-jalan, di rumah, jalan-jalan. Kalaupun di rumah, gua nonton satu film yang emak gua doyan banget. DAE JANG GEUM. Ada yang tau? Sebenernya judul aslinya itu Jewel in The Palace, tapi karena si tokoh lebih femes, jadinya banyak yang nyebut 'Dae Jang Geum'. Well, film ini, eh series yaa? tentang seorang tukang masak istana di jaman suatu dinasti dalam sejarah Korea. Ini sih history-fiction story yak. Film ini tergolong film lama, tahun 2003, usia gua baru 5 tahun waktu itu. Tapi pas sekitar 2010 kurang lebih, pernah ditayangin di salah satu televisi nasional, gak usah gua sebutin namanya. 
Sumber foto: Google
Yang penting depannya I, belakangnya R. 
Tengahnya 'ndosia'.

Film ini waktu itu, gua inget tayang hampir tiap sore dari senin sampe sabtu. Jumlah episodenya ada 54. Emak gua demen banget sampe nyuruh gua dan adek gua buat nonton juga. Nah, ... (btw, ini intermezzonya panjang amat), bulan ramadhan 2016 kemaren, gua kan udah gak sekolah. Udah selesai ujian, dan surat cuti sekolah gua udah keluar, maka dari itu, gua banyakkan di rumah. Nah, gua nonton ulang tu film online. 1 episode durasinya 1 jam-an lah. Dan gua waktu itu nonton berturut-turut selama beberapa hari hingga episode ke-27, sampe akhirnya gua bosen.  Akhirnya berhenti nonton. 

Nah, liburan kmrn gua nonton lagi dari episode 27 dan berhasil menghatamkan semua episode. Yang gua suka dari film ini, selain dari dramanya (percayalah gua gak nangis), adalah keterampilan tangan dari para tukang masak istana ketika meracik semua bahan-bahan makanan menjadi sajian yang luar biasa. Si Raja, yang makan, selalu tersenyum. Filosofi tentang makanan juga gua dapatkan dari situ. Salah satu filosofi yang gua dapat dari Jang Geum dan gurunya, Madam Han, adalah bahwa: "Makanan itu bukan hanya sekedar nikmat, lebih dari itu, makanan adalah sumber tenaga kita, sesuatu yang kita masukkan ke dalam tubuh, sesuatu dimana tubuh kita sangat bergantung pada hal ini. Maka dari itu, makanan yang kita buat tidak boleh hanya sekedar rasa, tapi bagaimana juga bisa menjaga, menyembuhkan dan memberikan kesehatan bagi siapapun yang memakannya."

Btw, kenapa intermezzonya itu penting? Karena sejak nonton itu, gua jadi lebih sok-sok bijak saat makan. Gua nanya ke Vanda kalo dia hendak masak apa, Vanda bilang kalau dia bakal bikin pad thai. Nah, gua berpikir dengan keras, gua bakal masak apa ya? Pad thai itu kan karbohidrat, nah jadi gua kudu nyeimbangin makanan agar mencapai 4 sehat 5 sempurna. Akhirnya, gua memutuskan untuk memasak gado-gado (sayur mayur) dan martabak telur (untuk proteinnya). 
Martabak Telur Telolet

Gado-Gado #Eaaa
Masakkan asia emang agak sulit nih. Sulit karena emang dari teknik lebih rumit, dibandingkan beberapa masakan barat. Tapi tambah sulit lagi karena di tempat kami berada, bahan-bahannya susah dicari. Nah, temen nyokap gua disini adalah pemilik toko kelontongan gitu, semacam Indomart atau Alfamartnya disini. Di tempat gua khsuusnya, ada 1 toko besar yang menjual produk-produk secara grosiran, namanya Centro Cash. Bangunannya kayak IKEA di jakarta, ada yang udah pernah liat? Guede banget. Yang boleh masuk ke toko ini hanya mereka pedagang-pedagang toko yang punya kode fiskal dan terdaftar di pemerintah setempat, jadi gak semua orang boleh masuk. Nah, gua dan Vanda bisa masuk bareng temen nyokap gua, sehari sebelum masak-masak. Gua butuh air asam jawa, Vanda butuh kecap ikan dan beberapa bumbu lainnya. 
Sumber foto: Google
Keesokan harinya,  sekitar jam 10, kita menuju ke rumah volunteer yang terletak di kota Uras. Setelah tiba, jiwa-jiwa Dae Jang Geum merasuki tubuh gua. Gua mulai membersihkan sayuran gado-gado, memotong dan mengiris sayuran dengan teknik yang kayak chef-chef professional, merebus sayuran dengan teknik-teknik yang pernah gua pelajari dari ION Culinary College di Jogja. Gua pada dasarnya emang seneng masak, kayak nyokap gua, tapi kami berdua kadang males untuk mulai masak. Malas karena baunya yang menyerbak kemana-mana, dan males buat ngeberesin. Tapi demi, demi masakan asia yang udah lama gk gua santap, kuy jalan!
Gua waktu ngambil short course di ION Culinary College

Selama 2,5 jam, kami berempat masak di tempat yang sama. Gua masak gado-gado yang terdiri dari wortel, kubis, kentang, tahu, toge dan dilengkapi dengan saus kacang gado-gado homemade. Gua juga membuat martabak telur tanpa daging. Vanda memasak pad thai yang dilengkapi dengan condiments berupa telur, tofu, daun bawang dan kacang tanah tumbuk. Mariel memasak sebuah makanan yang dinamakan 'sopa' berasal dari kampung halamannya. Sopa itu mirip seperti kue lumpur sih, cuman lebih keras aja. Bahan utama sopa adalah tepung jagung, keju dan susu yang kemudian dioven dalam suhu yang panas. Sedangkan, Juan Domingo membuat 'empanadas'. Empanadas itu sebenernya sebuah pastry yang katanya dimakan pas pagi hari. Tau panada dari manado kan? Nah, ini mirip seperti itu, cuman isinya aja yang berbeda. Gua lagi mencari tau korelasi antara empanadas dan panada. Hmm.. bagi yang tahu, boleh comment dibawah ini. 
Kiri atas: Sopa Paraguaya | Kanan atas: Gado-Gado Indonesia
Kiri bawah: Empanadas Costa Rica | Kanan bawah: Pad Thai Thailand
Akhirnya, sekitar 20an orang makan siang bersama dengan makanan yang berasal dari 4 negara berbeda. Gua seneng bisa mengetahui makanan dari benua lain, senang karena bisa menyajikan masakan indonesia di kancah internasional (serasa udh jadi international chef), dan tentunya senang bisa kembali bernostalgia dengan masakan rasa oriental. Btw, pad thai-nya Vanda adalah pad thai ter-enak yang pernah gua makan. 
Selfie makan bersama, maaf hasilnya jelek.
Sayang ya pembaca tidak bisa ikut menikmati.. 
Maaf :(
PS: Berikut video 48 detik time lapse tentang apa yang kami lakukan pada hari itu:

Comments

Popular Post