London 4: Cheers, and see you again!

HIMBAUAN: Postingan ini adalah lanjutan postingan sebelumnya.  
Postingan sebelumnya bisa dibaca disini
Selamat membaca!
Tiba juga di penghujung wisata kami di London. Acara di pagi hari memang tidak dibuat sebegitu padat, menyisakan 3 jam waktu bebas kembali ke Oxford Street untuk berbelanja. Satu rombongan, yang awalnya berkoloni, kemudian mulai berjalan sendiri-sendiri, mencari barang-barang yang akan dibeli. 

Aku sendiri sudah menggunakan waktu yang ada di hari sebelumnya untuk berbelanja, hanya beberapa pernak-pernik terakhir yang aku butuhkan, itupun kudapatkan seketika itu juga. Sembari menunggu yang anak-anak lain, aku memutuskan untuk mengambil kereta bawah tanah menuju King's Cross Station. 

Yups, nama stasiun ini samar-samar mudah dikenali dan sangat identik dengan kisah Harry Potter. Di cerita karya J.K Rowling ini, dikisahkan bahwa para pelajar sekolah sihir Hogwarts dapat berangkat ke sekolah menggunakan kereta Hogwarts Express melalui Peron 9 3/4 Stasiun King's Cross. Uniknya, pada film yang pertama, Harry Potter sempat kikuk mencari Peron dengan nomor yang tidak bulat tersebut, hingga akhirnya ia melihat salah satu teman satu sekolah yang mendorong troli barang menembus salah satu dinding di peron 9. 

Adegan menembus dinding inilah yang kemudian menjadi terkenal hingga pengelola Stasiun King's Cross sengaja mendedikasikan suatu sudut stasiun sebagai replika adegan film tersebut. Ketika tiba di stasiun, aku sempat kebingungan mencari troli di Peron 9 3/4 tersebut, ditengah ratusan orang yang lalu lalang mengejar kereta ke destinasi tujuan mereka masing-masing. 

Tak lama kemudian, kutemukanlah sebuah barisan ular yang berliku, setelah kutelusuri, ternyata antrean ini menuju Peron 9 3/4. Orang-orang dengan sabarnya mengantre hanya untuk berfoto di sudut stasiun tersebut, dan dilanjutkan dengan masuk ke toko souvenir Harry Potter yang terletak di belakang dinding tersebut. Tentu saja, mengantre hanya untuk mengambil foto akan memakan waktu, hingga kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan.
 Mengambil kereta bawah tanah yang berbeda, kali ini tujuanku adalah Camden Town. Pada masa mulainya pembangunan perkereta-apian secara besar-besaran, Camden Town menjadi salah satu tempat yang masuk dalam program pembangunan tersebut karena statusnya sebagai pusat perindustrian kota London. Kini, distrik dengan penduduk lebih dari 24.000 orang itu menjadi pusat ekonomi sektor tersier.
 Setelah puas menengak-nengok sekeliling Camden Town, aku pun melanjutkan perjalanan ke daerah Baker Street. Di buku Shakespeare, A Study of Scarlet, tertulis pertama kali alamat tempat tinggal Detektif Sherlock Holmes dan Dr. Watson. Baker Street 221B.

Yups! Jalan Baker Street ini sudah terkenal dengan karakter Sherlock Holmes, terbukti dengan berdirinya patung dari seseorang yang menggunakan topi dan mantel, serta pipa khas tokoh intelek ini.

Eits.. tidak hanya museum Sherlock Holmes saja yang berdiri di jalan ini, melainkan satu museum lagi yang namanya sudah amat mendunia, Madame Tussauds. Madame Tussauds adalah sebuah museum patung lilin yang pertama kali dibuka di London, dan kini memiliki sejumlah museum serupa di beberapa negara lain di dunia. Saat itu masih pukul 10 pagi, museum belum dibuka, namun antrean sudah mengular ke belakang. Sekali lagi, kuurungkan niatku untuk masuk ke dalamnya.

Waktu semakin mendekati pukul 12.00 siang, aku yang puas mengunjungi King's Cross Station, Camden Town, hingga Baker Street sudah siap di meeting point untuk kembali ke hotel. Sesampainya di hotel, beberapa anak-anak yang belanja harus mempacking barang-barangnya. Aku heran kepada beberapa teman yang membawa barang-barang dari Italia seakan-akan bakal berangkat lebih dari 1 minggu.
Luggage: Packed.
Counting process: Done. 
Mental: Not ready, forced to be ready. 

Setelah semua OK OCE, 2 unit mini bus sudah menunggu di lobby hotel. Bus ini yang kemudian mengantar kami ke bandara. Perjalanan yang ditempuh hampir sama seperti awal kedatangan, sekitar 1 jam menuju Stansted. Cuaca cukup cerah dan hangat bersahabat. Sesekali perjalanan terhambat akibat padatnya lalu lintas di Kota London.

 Proses check-in sudah dilakukan semenjak kami masih di Italia. Semua boarding pass sudah dicetak sendiri dan kami sudah ditempatkan di tempat masing-masing. Proses yang harus dilewati selanjutnya adalah screening. Screening di bandara Stansted ini dikategorikan padat merayap. Meskipun terlihat padat, alur screening masih terus berjalan dengan baik, tanpa hambatan.
 Aku menemukan sebuah restoran fast food Japanese dan memutuskan untuk mencicipi chicken gyoza dengan saus signature mereka. Gyoza-nya hampir terlalu kering dan tidak ada rasa. Jujur, aku sendiri tidak merekomendasikan siapapun.
 Pesawat kami mengalami delay selama 50 menit dari jadwal asli-nya, meskipun begitu, kami pun akhirnya kembali dengan penuh suka cita. Perjalanan ke London tentu merupakan pengalaman yang mengasyikkan, tetapi perjalanan dengan orang yang kamu kenal, dan merupakan temanmu, maka perjalanan tersebut akan terasa ratusan hingga ribuan kali lebih seru.

Sisa uang ku hanyalah 5 Pounds. Oleh-oleh seperti English Fudge, magnet kulkas sesuai permintaan, dll. sudah berada di genggamanku. Aku pulang dengan kegembiraan, tanpa rasa sedih sedikitpun atas berakhirnya program tersebut.


Comments

Popular Post