Surat untuk Terralba

Pada 17 Juni lalu, centro locale Terralba mengadakan malam pertemuan dengan seluruh volunteer, host students dan host family, dan para kandidat yang akan berangkat tahun depan beserta keluarganya. Acara ini dilakukan untuk mengucapkan salam perpisahan kepada kami yang akan pulang ke negara masing-masing, serta perpisahan kepada mereka yang akan memulai perjalanannya. 

Aku diberikan kesempatan untuk membacakan sebuah 'surat' yang kutulis untuk keluargaku, para relawan, sahabat sechapter dan pada diriku sendiri. Surat tersebut ku tulis dalam bahasa Italia, namun pada post ini akan aku terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Post kali ini sesungguhnya hanya untuk memuat surat yang telah aku tulis, dan untuk menjadi bacaanku pribadi. 

--------------------------------------
"Bukanlah semata-mata soal makanan.
Bukanlah semata-mata soal tempat tinggal.
Namun, tentang cinta dan kasih sayang. 

Teringat dengan baik dalam memoriku pada hari itu, hari dimana aku tiba di Bandara Elmas Cagliari. Papa, Mamma, dan saudara-ku Alessio, berdiri dan memegang sebuah karton kuning bertuliskan: Beni Beniusu!

Saat itu, aku sangat gelisah, takut dan juga insecure. Namun, aku tahu bahwa kalianpun saat itu memiliki perasaan yang sama. 

Kalian membawaku ke tempat-tempat yang menarik dan memperkenalkanku dengan orang-orang yang belum pernah kukenal sebelumnya. Eleonora, Tomaso, Ale & Roby dari Cafe Royale, Keluarga Pantaleo, Gabriele dan Franci, Alice serta Fede, Paola, Paolo, Franco, Terry, Dino, Marzia dan masih banyak lagi. Mereka pun juga berkontribusi dalam membentuk sebuah pengalaman yang menyenangkan untukku.

Mamma, Papa, Alessio, Andrea dan Danilo, meskipun kita (Danilo) belum pernah bertemu langsung sebelumnya, namun Danilo lah yang pertama kali melayangkan sebuah pesan perkenalan kepadaku, terima kasih telah menerimaku di keluarga kalian. 280 hari telah berlalu dengan penuh kegembiraan, tetapi kadang juga ada rasa bosan, keseruan namun kadang juga ada air mata, canda tawa meski kadang serius. Aku bersyukur bahwa 280 hari tersebut telah dilalui seperti itu. Aku ingin meminta maaf atas semua kesalahan yang aku lakukan, untuk semua hal yang membuat kalian kecewa, baik itu  disengaja ataupun tidak, baik aku sadari atau tidak. 

Program pertukaran pelajar ini akan segera berakhir. Tak bisa kupercaya. Beberapa hari yang lalu, aku melihat-lihat kembali inbox e-mail ku dan menemukan sebuah email yang ditulis oleh hosting coordinator, Luciana lugas. Sebuah email tahun lalu yang ditulis sebelum kami datang. Beliau menjelaskan bahwa para volunteer telah siap untuk menyambut kami, mengorganisir sejumlah kegiatan, dan lain sebagainya. 

Tak ada yang bisa kuucapkan selain terima kasih atas seluruh kegiatan, support dan juga bantuan-bantuan lain. Sangatlah betul bahwa kegiatan AFS tidak dapat berjalan tanpa adanya semangat kesukarelaan. Aku tahu bahwa kadang sulit bagi kalian untuk menemukan sebuah keluarga dermawan yang ingin menerima host students di rumah mereka, dan sulit juga bagi kalian untuk mengatur anak-anak 'nakal' seperti kami dengan latar belakang dan budaya yang berbeda. Atas itu, aku berterima kasih banyak. 

Untuk Juan, Mariel dan Vanda.
Aku tidak tahu harus berkata apa. Saat pertama-tama tiba, kita sering meluangkan waktu bersama. Kemudian muncul waktu ketika kita berjalan sendiri-sendiri, namun belakangan ini kita bersatu kembali. Suatu kehormatan bagiku untuk bisa mengenal, bertemu dan meluangkan waktu denganmu. Aku hanya bisa berdoa agar kalian mendapatkan masa depan yang baik. Kita akan bertemu kembali. Aku tidak bisa memastikan kapan, dan dimana. Namun yang jelas, kita akan bertemu kembali, suatu saat nanti. 

Aku tahu bahwa satu tahun pertukaran ini bukan 'kehidupanku' yang sebenarnya, not my real life. Kehidupanku yang sebenarnya menungguku dalam beberapa minggu lagi. Namun, aku tidak bisa memungkiri bahwa selama 10 bulan berada disini, telah memberikan pelajaran berharga bagiku. Ini adalah waktu dimana aku bisa duduk dan mendengarkan diriku sendiri, sementara di Indonesia aku tidak bisa. 10 bulan ini, aku bertemu seseorang yang kukira sudah kukenal dengan baik, dan akhirnya kami bersahabat dengan baik. Dia adalah.. Aku sendiri. 
Winston Churchill pernah mengatakan bahwa keberanian adalah hal yang dibutuhkan untuk bisa berdiri dan bersuara, namun keberanian pula adalah hal yang juga dibutuhkan untuk bisa duduk dan mendengarkan. Dan aku.. aku menggunakan keberanianku untuk mengenal lebih banyak tentang diriku. Dan aku telah melakukannya.

Aku tidak bisa membayangkan akan apa yang akan terjadi di Bandara Elmas Cagliari pada tanggal 8 Juli. Namun, kalian semua tahu bahwa Aziz yang tiba tahun lalu dengan Aziz yang yang akan berangkat bulan depan tidaklah lagi sama. Aku tidak berubah, namun lebih tepat untuk menggunakan kata 'evolusi'. Aku tidak tahu apakah dalam Bahasa Italia artinya sama, namun dalam bahasa Inggris, ada sedikit perbedaan diantara kedua kata tersebut.

Aku telah belajar banyak selama setahunan ini. Hal-hal yang tidak aku harapkan sebelumnya. Terutama dari beberapa perjalanan yang telah aku lakukan. Perjalanan-perjalanan tersebut memberikanku kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru. Mengucapkan 'Ciao' kepada seseorang, meskipun keesokan harinya harus mengucapkan kata yang sama ke orang yang sama. Aku belajar bahwa jam tidak akan berhenti berdetak untukku, untukmu dan untuk kita semua. Waktu tidak akan pernah berhenti, maka semua kembali ke pilihanku, pilihan apakah aku akan diam dan berdiri sendiri, atau terus bergerak maju dengan waktu.

Maka dari itu, jika pada hari tersebut aku tidak menitikkan air mata, bukanlah karena aku tidak memiliki rasa sedih. Melainkan aku merasa gembira untuk mengetahui apa yang bisa terjadi di waktu selanjutnya. 
Mamma, aku selalu mengucapkan ini kepadamu, aku tidak akan berfikir terlalu terlalu jauh, karena jika aku memandang terlalu jauh dari tempat dimana aku berdiri, aku mungkin tidak akan melihat rintangan yang ada semeter dariku. 

Aku menikmati setiap detik dalam kehidupanku. Dan dari situlah, ketika ada perpisahan, aku mungkin tidak akan menangis karena harus berpisah, namun aku akan menangis karena telah berhasil menyelesaikan sebuah perjalanan, dan berarti akan ada satu perjalanan yang harus kujalani. Kapanpun senja ketika matahari terbenam, aku tidak sedih dan takut akan kegelapan, karena aku tidak akan sabar untuk menyambut fajar. 

Aku akan mencapai impian dan cita-citaku. Selangkah demi selangkah, membangun rencana-rencanaku. Mengembara ke tempat-tempat lain, untuk mengenal orang lain, untuk mengenal diriku sendiri. Diantara aku dan keluargaku disini, kami pernah membuat sebuah guyonan, bahwa aku akan menjadi seorang Presiden Indonesia pada tahun 2049 dan mengundang keluargaku ke Indonesia dengan pesawat kepresidenan. Kata mamma, 2049 terlalu lama. 

Ma.. aku hanya ingin bilang, jangan khawatir. Aku akan mencari cara untuk bisa kembali lagi sebelum 2049. 

(yaa.. mungkin 2048)

Aku ingin berbagi kepada kalian 2 hari yang paling indah dalam hidupku. Hari dimana aku lahir, dan hari dimana aku menemukan alasannya.

Hmmm.. Baiklah, terima kasih banyak untuk kalian, Mamma, Papa, Alessio, Andrea dan Danilo. Terima kasih juga untuk para relawan, terima kasih untuk Mariel, Juan dan Vanda. Terima kasih juga untuk semua yang tidak bisa kusebutkan namanya satu per satu. Aku berharap kita dapat bertemu kembali suatu saat nanti. Aku tidak akan melupakan kalian, dan kuharap begitupun sebaliknya.

Stay safe, stay healthy and stay happy!

Terralba, 17 Juni 2017



M. Aziz Putra Akbar
"






Comments

Popular Post