Conoscere più su di te

Hari ke-55
Giovedi, 3 Novembre 2016

Hai guys, sudah seminggu belum nulis. Hmm, dari kemaren ada beberapa topik yang mau gua tulis, tapi gak sempet-sempet. Sebenenrya gua mau ngulas soal Halloween disini, tapi berhubung ada salah satu temen gua yang 'curhat' dikit ke gua, dan setelah mengerti pokok permasalahannya, gua tertarik buat nulis akan hal ini. For your informationPost ini gua tujukan buat temen gua yang gak bakal gua sebutin namanya, dan juga untuk semua exchange student yang tersebar di berbagai penjuru dunia

Coba bayangkan, lu hidup dalam sebuah rumah selama 18 tahun, makan dan menikmati fasilitas di rumah tersebut, dan terbiasa menjalani aturan di rumah tersebut. Kemudian, suatu hari, lu pindah rumah. Cuman, pindah rumahnya sendiri aja, gk barang siapa-siapa. Contohnya gua. Gk bareng adek, gk bareng orang tua, apalagi sama pacar (Warning: Jomblo akut)

Nah, ketika di rumah baru, lu ketemu orang baru, makanan baru, fasilitas baru, dan aturan baru. Di aturan baru tersebut, lu bakal ketemu hal-hal yang berlawanan dengan aturan yang lu jalani selama 18 tahun terakhir. Hmm.. Pasti lu bakal mikir: "ah gak mungkin.", "Gua tetep bertahan dengan aturan 18 tahun". 

Masalahnya adalah, lu di rumah baru itu sendirian. Gk ada orang tua yang ngingetin lu untuk ngejalani aturan. Yang namanya godaan, datang dari mana aja. Termasuk godaan lu ngupil pas lu rasa gk ada siapa-siapa, padahal ada yang ngintip.. Jijik tau!

So, ada suatu waktu dimana lu tergoda untuk mencoba suatu hal yang baru dengan alasan 'pengalaman'. Disinilah dimana teman gua mulai bimbang, begitupun dengan gua. Ketakutan gua selama disini adalah budaya yang telah melekat di gua selama 18 tahun akan memudar karena pengaruh dari sini. 

Namun, emak sama babe gua selalu ngajarin dari gua kecil, untuk bisa memfilter mana yang baik dan mana yang buruk. (Jadi bukan rokok aja yang ada filternya). Dengan begitu, lu bisa mempertahankan budaya yang berlaku di rumah asal lu, tetapi memperkaya pengetahuan lu dengan budaya-budaya baru. Semuanya kudu selaras satu sama lain. Nah penyelerasan ini yang kadang ruwet. Bahkan gua pun belum pantas dan merasa belum mampu untuk bisa menyelaraskan kedua sikap tersebut. 

Tapi gini, kalau lu overthinking dan dilema tentang masalah ini, and when you feel that you're lost, maka saran gua, pull yourself backTake a rest. There's no problem with taking a break. But make sure you don't quit. Because once you're quit, there will only one thing left behind: regret. 

Conoscere più su di te (dibaca: konoshere piu su di te) artinya 'Knowing more about yourself', atau dalam bahasa Indonesia kurang lebih: "Mengetahui diri kamu lebih jauh". Nah, selama waktu 'break', lu bisa gunakan kesempatan itu untuk flashback bukan flashlight tentang apa yang sudah lu lakukan,  apa yang sudah lu katakan, dan pilihan apa yang sudah lu ambil. At the end of the day, lu akan bertanggung jawab untuk diri lu sendiri. Bener gk? 

Bertahan dengan budaya lu, melepas budaya yang lama, atau menyelaraskan 2 budaya yang berbeda adalah pilihan yang lu kudu ambil. Gua milih penyelarasan, tetapi orang lain kan boleh beda. Dan gua gak punya hak buat nentuin jalur hidup orang lain. Cuma, saran gua, think carefully before taking any decision, because these decisions can affect your life today, tomorrow and in the future. What you need to do is to calm down, pastikan hati dan pikiran lu gak panas dan bisa memilih dengan bijak apa yang terbaik untuk diri lu sendiri. 




(Ditulis dalam kegelapan, berorientasi pada lilin-lilin kecil ciptaan Chrisye). :)

Comments

Popular Post