Oriental di Oristano

Hari ke-72.

Tanggal 10 November kemarin, pas hari Pahlawan, tepat 2 bulan gua berada di Pulau Sardinia ini. Perlahan, gua mulai menikmatinya. Namun, seperti Romeo dan Juliet, bak Samson dan Delila, dan selayaknya aku dan kamu yang tak terpisahkan -- (iya.. kamu!) -- gua rindu masakan rumah. 

Tentu, mencari nasi disini gak susah. Ada yang jual beragam macam nasi. Nasi basmati, nasi italia/risotto, nasi thailand, nasi jepang, nasi hatayah, nasi bkudipulauini, dan nasi-nasi lainnya. Akan tetapi, susah nyari dan buat lauk pauknya. Selama 72 hari, riset yang udah gua lakukan bersama LSI adalah faktanya gua merupakan satu-satunya orang Indonesia di Sardinia. Tentu, riset ini memiliki margin of error sedikitnya 98%. 

Selama 2 bulan tanpa masakan 'asia' selain Indomik (nama disamarkan, karena gua pantang endorse), membuat gua kena penyakit malarindu. Malarindu diciptakan oleh sekelumpulan penemu alay dari Indonesia yang kini mendunia semenjak masuk di blog gua. 

Alhamdulillah-nya, penyakit Malarindu gua bisa diobati dengan kesempatan makan siang di salah satu restoran China di Kota Oristano. Gua sekolah dari Senin-Sabtu, keluar sekolah jam 1 siang dan tiba di rumah jam 2 siang. Di Italy, orang sangat jarang makan di restoran karena biaya yang mahal. Kebiasaan orang disini adalah makan di rumah masing-masing. Dan karena ini pula, gua gak enak sama hostfam kalau sering-sering makan keluar, jadi ya gua makan siang di rumah. Lagi pula... makan gratis kok ditolak. 
Sumber: Google Street
Hanya saja, kali ini, gua udah ngiler sama bumbu-bumbu Asia. Hari Sabtu tanggal 12 November, sepulang sekolah, gua diajak sama 2 temen kelas buat makan siang di restoran China tersebut. Gak tanggung-tanggung, gua habis 18 Euro untuk 6 porsi makanan. :) 

Seminggu setelahnya, tepat tanggal 19 November, ada acara di Oristano. Acara ini diadakan oleh AFS setempat dalam rangka melaksanakan seleksi perdana untuk anak-anak pendaftar program tahun 2017-2018. Para anak-anak hosting diundang untuk memperkenalkan diri. Acaranya sih sore hari, jam 15.30. Gua keluar sekolah jam 13.15. Artinya ada waktu 2,5 jam. Nanggung banget kalo gua pulang ke rumah. Alhasil, gua ngajak Vanda, temen gua dari Thailand, buat ngedate makan siang di restoran yang sama. Eh bukan ngedate kok. (Catt untuk Ayah-Bunda: Bener dah.. Gk ada apa-apa diantara kami.. wkwkwk). 

Sushi, Kerupuk Udang, dan Semangkuk Tom Yum
Vanda, sama seperti diri gua, rindu masakan Asia. Kami sudah ngajak Mariel dan Juan Domingo untuk makan juga, tapi mereka dengan halus menolak. Artinya, pada hari itu, hanya gua dan Vanda. 

Restoran ini namanya La Muraglia (dalam bahasa Inggris, artinya The Great Wall). Restoran yang terletak dekat Piazza Mariano ini memiliki kapasitas kurang lebih 60 kursi. Interiornya sih gak terlalu China-China amat. Malah terkesan modern. Tapi ada lagu-lagu china sih, dan gua selalu mendengar lagu Ni Wen wo Ai (ada yang tau?.. entah kenapa lagunya gini, mungkin yang masak lagi galau). 
Macam-macam Dim Sum
Gua dan Vanda diberikan meja untuk kapasitas 2 orang saja. Gak kurang, gk lebih. Restoran ini sebenernya gak hanya menyajikan masakan China, tapi juga sushi (makanan Jepang), makanan Vietnam dan makanan Thailand. Menunya berlembar-lembar, pilihannya banyak banget. Ditulis dalam bahasa Italia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Harganya bervariasi. Untuk orang Indonesia, terhitung mahal. Tapi dibandingkan dengan harga-harga restoran lainnya di kota ini, cukup murah lah. Oh ya, tips: kalau disini, ketika lu lagi di restoran, ketika lu duduk dan selesai membaca menu, tuh menu harus ditutup. Ketika menu ditutup, pelayan akan menghampiri lu dan mengambil pesanan. Kalau gak ditutup, sampe toko tutup juga bakal didiemin!
Ebimaken, sushi isi tempura udang, gua beli pas pergi pertama kali

Akhirnya, gua sama Vanda memesan: 
  1. Nuvole di Gamberi (Kerupuk Udang) = €1.5
  2. Ravioli di Gamberi (Dimsum Udang) = €3
  3. Ebi Maki (Sushi isi Udang) = €3.5
  4. Pollo fritto con succo di speciale (Ayam fillet goreng tepung dengan saus jahe) = €5
  5. Spaghetti di soia con frutti di mare alla piastra (Bihun goreng seafood hotplate) = €5
  6. 2 mangkuk Zuppa di Pollo e citronella in stile tailandese (Tom Yum Ayam) = €3/mangkuk
  7. Air mineral = €1
  8. Kappa Maki (Sushi isi Alpukat) = €3
Dari list pesenan diatas, ada beberapa kesimpulan:
  • Gua sama Vanda makannya rakus amat. 
  • Judul-judul dalam Bahasa Italy repot dan panjang-panjang amir yak. Lebih simple dalam bahasa Indonesia. Itulah sebabnya, kudu bangga sama Bahasa Indonesia!
  • Gua 2x ke restoran ini, udah habis 33 Euro. Tenang, 33 euro hasil gua puasa jajan sekolahan selama 2,5 minggu. 
Ayam goreng tepung saus jahe

Setelah selesai makan siang, gua dan Vanda kudu ke lokasi acara. Sudah ditunggu oleh panitia. Gak lupa, kita bayar dulu di kasir. Total semuanya 32 euro (termasuk tips dan service charge). Cuma, berhubung kami berdua orang Asia, dan gua menggunakan jurus ramah tamah orang Indonesia, dan ngajak ngobrol basa-basi segala macam, sang mbak-mbak kasir memberikan diskon 2 euro. Jadi cuma bayar 30 euro. 2 euro lumayan banyak lah, sekitar Rp. 30.000. 
Ikan Asam Manis, gua beli pas pergi pertama kali

Bihun Goreng Seafood Hotplate
       Tips selanjutnya: Ramah Tamah Indonesia membantu gua mendapatkan potongan harga. Siapa tau lu juga beruntung!

Comments

Popular Post