Last day at School

Hari ini, Rabu 7 Juni 2017, merupakan hari terakhirku mengikuti pelajaran di sekolah Italia. Hampir sekitar 9 bulan yang lalu, tepatnya pada hari Rabu 14 September 2016, aku melangkahkan kaki masuk ke gerbang sebelah timur di sekolah jurusan teknik dengan nama lengkap: "Istituto Tecnologico Industriale Statale - Liceo Scientifico delle Scienze Applicate OTHOCA" ini. 

Pagi ini, sesuai rencana, aku akan membawa kaos putih AFS Indonesia untuk ditanda tangani oleh teman-teman kelas dan juga guru-guruku. Tak hanya itu, buku jurnalku juga siap menampung tulisan teman-teman dan guru terdekat. Oh ya, sebelum ke sekolah, aku mampir ke sebuah pasticceria / bakery untuk membeli kue-kuean yang akan dibagi di kelas, meskipun aku tidak ikut makan karena puasa. 

Aku pun tiba di sekolah sekitar jam 9.15 dan mengikuti pelajaran sejarah hingga jam 10.15. Pelajaran tersebut diajar oleh Prof.ssa Marisa Olla, yang juga menjadi tutor AFS di sekolah. Prof.ssa Olla mengizinkanku untuk dispen keluar kelas mengunjungi beberapa guru lainnya, seperti guru agama Prof.ssa Adriana Fanari dan Prof.ssa Alessandra Illotto. 
Bersama dengan para guru.
Atas kiri-kanan: Prof.ssa Mariella Piano, Prof.ssa Alessandra Illotto,
Prof.ssa Adriana Fanari, Dott. Franco Frongia
Bawah kiri-kanan: Prof. Salvatore Garau, Prof.ssa Marisa Olla, Prof. Domenic Espis
Prof.ssa Adriana Fanari dan aku, tahun ini, cukup dekat semenjak aku diminta untuk memberikan sejumlah presentasi seputar Islam di kelas agama ke sedikitnya 9 kelas. Prof.ssa Adriana memberikanku sebuah amplop, di dalamnya terdapat kartu ucapan yang kurang lebih mengucapkan terima kasih atas partisipasiku di kelasnya. Lalu, sebuah kantong plastik disodorkannya ke aku, dan ia mengatakan: "Ini dariku."

Kubuka kantong plastik tersebut, dan kuambil isinya. Sebuah singlet warna biru dengan tulisan Italia. Singlet ini bukan singlet biasa, melainkan singlet yang dipakai oleh atlet dayung nasional Italia. Anak laki-laki Prof.ssa Adriana memang seorang atlet dayung yang telah masuk dalam tim nasional Italia. Tahun lalu, ia dikirim ke Olimpiade dunia di Brazil mewakili Italia. Hari minggu yang lalu, ia memenangkan kejuaraan nasional di Milan, sedangkan dalam waktu dekat ini akan ada beberapa kejuaraan lainnya di Belanda, Inggris dan Florida. Prof.ssa Adriana ternyata meminta kepada anaknya untuk mengambil jatah kaos timnas Italia untuk dihadiahkannya ke aku. 
Hadiah dari Prof.ssa Adriana dan Prof.ssa Mariella
I had no words to say besides thank you
.........................
Bel berbunyi, tanda pergantian kelas. Ternyata pada hari tersebut, jam 10.15 hingga jam 12.15, ada sebuah assembly yang dilakukan di Aula Magna (hall). Assembly ini seputar hubungan antara filosofi, budaya Sardegna, dan juga musik. Baik itu musik tradisional hingga modern. Salah satu sahabatku, Valentina Sorgente, membawakan sebuah lagu dalam bahasa Italia. Sungguh merdu. 

Sebelum acara dimulai, aku menyempatkan bertemu guru matematikaku, Prof. Franco Figus dan guru kimia, Prof.ssa Sandra Camedda. Aku meminta kesediaan mereka untuk berfoto bersama dan juga menandatangani kaos putih AFS. Tak hanya itu saja, di sela-sela break acara, aku bertemu dengan kepala sekolah Dott. Franco Frongia yang kemudian mengajakku ke kantornya. Kita berbincang-bincang sedikit, berfoto bersama, dan tak lupa, beliau pun dengan senang hati membubuhkan tanda tangannya di kaos tersebut. 
Bersama Prof. Franco Figus
Bersama Kepala Sekolah, Dott. Franco Frongia
Selesai acara, aku hendak beranjak kembali ke kelasku di ruang C02, namun terhenti ketika bertemu dengan guru filosofi Prof. Paolo Figus. Guru yang satu ini cukup eksentrik, bertubuh besar, dan berambut tipis. Ia juga menandatangani kaosku, namun sayangnya kami tidak sempat berfoto bersama. Namun setiap guru, sudah aku persiapkan hadiah kecil, cinderamata dari Indonesia. Termasuk untuk sekolah. Aku menyerahkan satu set miniatur wayang kulit dan peta Indonesia ke kepala sekolah. 
Ruang no. C 02, markas kelas 4M
...............................
Tibalah mata pelajaran terakhir, yaitu Informatica. Namun di jam terakhir yang diawasi oleh Prof. Domenic Espis ini, datang pula sejumlah guru lain seperti Prof.ssa Mariella Piano (guru bahasa Inggris), Prof.ssa Adriana Fanari, Prof. Franco Figus, dan juga Prof. Salvatore Garau (guru Seni). Salah satu dari mereka membawa jajanan kecil untuk dibagi bersama. Kami saling berfoto satu sama lain, guru bahasa Inggrisku menuliskan beberapa kalimat-kalimat mutiara di dalam jurnalku, dan aku juga mempertontonkan video newsletter ku tentang pengalaman selama ini di negara perantauan.

Aku cukup puas untuk bisa bersenda gurau dengan mereka semua hari ini, meski tidak lengkap. Beberapa temanku memang ada yang tidak masuk sekolah, begitupun juga dengan Prof.ssa Caterina Capoccia (guru Biologi), Prof. Antonio Casula dan Prof. Mauro Piras (guru fisika). Dan juga Prof. Manlio Baroli (guru olahraga) yang telah sakit sejak lama.

Aku mendapatkan teman-teman kelas yang superb. Ada Ricardo Gorni, Alessandra Lotta, Valentina Sorgente, dan Marta Caddeo yang merupakan teman bangku terdekat. Sejak awal aku masuk kelas, mereka lah yang paling pertama menyapaku. Namun, tak lupa ada 'Three Musketeers' dengan suara yang banter bak penyanyi opera: Ricardo Lilliu, Alessandro Deligia dan Alessandro Loddo.
Bersama beberapa teman-teman.
Atas kiri-kanan: Niccolo Carta, Matteo Fenu
Bawah kiri-kanan: Davide Piria, Francesco Carta, Ricardo Lilliu
2 orang ini layaknya adik kakak, mereka lah yang mengajakku untuk sekamar di trip London. Mereka juga yang saling mengingatkan untuk tutup mulut ketika aku sedang shalat. Siapa lagi kalau bukan anak laki-laki pendek sedikit gembul, Niccolo Carta dan juga satu lagi yang menjulang tinggi bak menara, Davide Piria.

Marika Schirru, atlet volley yang jarang masuk kelas, dan sahabatnya Giorgia Pippia yang menjadi si 'pintar' di kelas. Tak lupa 3 srikandi yang selalu jadi satu paket, namun hari ini tidak masuk sekolah karena sedang melakukan praktek lapangan kerja di rumah sakit: Chiara Marcomini, Francesca Orru, Cristiana Concu.

Lalu ada geng 5 orang yang duduk sederet, selalu ditegur oleh guru karena berisik: Angelica Orru, Gianluca Olla, Roberto Benini, Marco Medda dan Andrea Marras. Di deretan depannya ada pula mantan ketua kelas, Raffaele Mura yang berdampingan dengan Lorenzo Atzori, Samuele Camedda dan Matteo Fenu.

Dan terakhir, 4 orang luar biasa lainnya: Samuele Starita yang sering bengong, Matteo Lullia dengan gaya swag-nya, Alberto Musu yang paling rajin ke sekolah, dan Francesco Carta temang sebangkuku.

Yups! Kelasku sangat berwarna, sama seperti "Salveohexia" kelas IPA 6-ku dulu di SMAN 5 Mataram. Mungkin, karena kesamaan inilah aku tidak terlalu sulit untuk beradaptasi.

Sekali lagi, "Vorrei ringraziarvi per tutti!". (Terima kasih untuk semua hal yang telah kita lalui bersama).

Comments

Popular Post