#SiamoSardiNonItaliani : Il Campo Finale (1)

Mendekati akhir dari 10 bulan perantauanku di negeri orang, AFS mewajibkan End of Stay Orientation. Camp orientasi yang biasa disingkat EOS ini merupakan bagian dari 'silabus' AFS di seluruh dunia. Bahwa, setiap siswa pertukaran pelajar yang baru tiba di suatu negara akan menjalani arrival orientation, dan sebelum pulang akan mengikuti rangkaian kegiatan di EOS. 

8 bulan yang lalu, arrival camp dilaksanakan di daerah Bosa, tepat di tengah-tengah pulau Sardegna. Bisa dibaca disini. Namun EOS camp yang diselenggarakan selama 4 hari (Jumat, 9 Juni - Senin, 12 Juni) telah dilaksanakan di utara pulau Sardegna, tepatnya di Desa Lu Bagnu, Castelsardo. Sebuah bangunan dengan 3 lantai, dipenuhi kamar-kamar hotel, aula pleno, ruang makan, halaman kecil, letaknya dipinggir pantai, semua disewa untuk kebutuhan EOS kami. 
Aku & Mariel menunggu kereta di Stasiun Marrubiu
Pagi hari pukul 10.17 di suatu hari Jumat, aku, Vanda, Mariel dan Juan Domingo menumpang kereta trenitalia jurusan Macomer dari stasiun Marrubiu. Kereta ini tiba sejam kemudian di tempat tujuan. Di Macomer, kami bertemu dengan siswa dari Argentina yang sama-sama menunggu kereta berikutnya untuk menuju Sassari. 
Di dalam kereta. Phillip dan Alisa
Yups. Macomer bagi kami hanya stasiun transit. Kereta regionale veloce dari Cagliari merupakan kereta dengan rute yang lebih singkat dan tidak berhenti di stasiun Marrubiu. Dengan alasan itulah, kami mengambil kereta lain untuk menuju Macomer, dan kemudian gabung dengan kereta selanjutnya bersama dengan anak-anak lainnya. 
Pemandangan di perjalanan
Kami tiba di stasiun kota Sassari sekitar jam 12.30. Dari stasiun, kami harus ke terminal bus dahulu untuk menumpang bus yang akan menuju ke Lu Bagnu, 30km dari Sassari. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit, melewati beberapa jalan berliku, dan tibalah kami di hotel jam 14.30. 

Alun-alun di depan Stasiun Kereta Sassari
Setibanya di hotel, kami diberikan waktu untuk menaruh barang di kamar, sebelum diminta untuk berkumpul di ruang pleno. Pada pleno awal, kami diberikan masing-masing selembar post-it dan diminta untuk menuliskan ekspektasi pribadi terhadap camp yang akan dijalani selama 4 hari tersebut. Post-it itu kemudian akan ditempel di salah satu sudut ruangan, dan akan dibiarkan hingga camp berakhir. 

Setelah pleno awal, kami dibagi menjadi 2 grup. Karena kami berjumlah 30 anak, maka masing-masing grup berisi 15 orang dimana tiap grup memiliki semua perwakilan negara, perwakilan benua, perwakilan gender, dan perwakilan chapter. Tidak seperti pada camp pertama dimana 3 grup dibagi berdasarkan benua asal (Asia, South America dan Eropa). 

Grup ini akan sama hingga akhir camp untuk menjalani sejumlah rangkaian kegiatan. Rangkaian kegiatan yang dimaksud dibagi menjadi 4 level: personal, interpersonal, cultural dan global. Maksudnya apa? 

Pada level personal, kegiatan-kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah seperti melukis sebuah kurva tentang pengalaman selama 9 bulan terakhir di Italia, keseruan, suka ataupun duka kita representasikan dalam sebuah garis naik atau turun. Tak hanya itu, kita juga melakukan kegiatan yang sama dengan apa yang telah kita lakukan pada camp pertama. Kegiatan-kegiatan ini dimulai di hari pertama, merefleksikan ke hal-hal yang cenderung lebih ke pengalaman pribadi. 
Sunset di Lu Bagnu, Hari Pertama
Pada malam hari, setelah makan malam, kami balik ke ruang pleno. Jendela-jendela ruangan sudah ditutup rapi, membuat cahaya yang masuk seminim mungkin. Stereo kecil di sudut ruangan mendendangkan sebuah alunan musik piano yang sedih. Kami duduk dengan bentuk setengah lingkaran dan ditengah kami tersebar lilin-lilin dalam kondisi mati. 

Seorang volunteer meminta satu per satu dari kami menyebutkan momen terindah selama perjalanan kami di Italia. Ketika satu sudah berbicara, ia diminta untuk menyalakan satu buah lilin. Perlahan-lahan, ruangan yang sebelumnya redup, mulai terang. Beberapa wajah-wajah dengan mata yang sedang menerawang ke suatu waktu lain terlihat. Air mata juga ada yang melintas di pipi beberapa teman. 

Bagaimana denganku? 
Huh.. *menghela nafas*. Mataku sempat berair, tetapi tidak sampai tertetes. Hal ini disebabkan oleh sahabatku, Marco dari Austria, yang terkenal sebagai anak ceriwis, mulai berbicara. Ia menceritakan, lebih tepatnya mendongeng karena panjang ceritanya yang gak selesai-selesai, pengalaman-pengalamannya selama 9 bulan terakhir. Namun hal yang menyentuh adalah ketika ia menyebutkan namaku dalam salah satu ceritanya. 

Marco adalah orang pertama dari Squad Sardegna yang aku kenal. Saat itu, tanggal 9 September 2016 malam, ia baru turun dari bus. Baru saja tiba di hotel di Roma. Wajahnya tampak lelah, sedikit bingung, tidak berbicara banyak. Bisa dikatakan, ia adalah sosok yang pemalu. Aku menyambutnya, kami berbicang-bincang sedikit dalam bahasa Inggris di depan lobby hotel. Dan kejadian-kejadian di hari pertama di Roma ini, diceritakan ulang olehnya. 

Momen haru tersebut tidak berlangsung lama, ketika seorang volunteer datang membawa kue ulang tahun, memberikan sebuah kejutan untuk Isabella, seorang teman dari Honduras, yang baru saja merayakan ulang tahunnya beberapa hari yang lalu. 
Surprise Party

Kegiatan di ruang pleno tersebut juga mengakhiri rangkaian aktifitas pada hari itu. Aku naik ke lantai 3, dimana semua kamar anak-anak berada. Satu kamar untuk 5 orang cowok, aku berbagi dengan Siyang dari China, Facu dari Argentina, Juan Domingo dari Costa Rica dan Matteo dari Chile. Selamat bobo!

NOTE: Selama kegiatan/sesi orientasi berlangsung, penggunaan telepon seluler dilarang. Maka dari itu, aku tidak memiliki dokumentasi selama kegiatan tersebut.

Comments

Popular Post