#SiamoSardiNonItaliani : Il Campo Finale (3)

"Siamo Sardi Non Italiani"

Calling time sama seperti hari sebelumnya. Setelah sarapan pun, ada kegiatan ice breaking yang dan pemanasan yang dilakukan bersama-sama. Pada hari ini, volunteer menyinggung tentang level cultural.
Icebreaking di pagi hari
Tiap-tiap orang dari kami membuat kurva lagi tentang rasa suka duka selama di sekolah. Momen-momen ketika kami masuk pertama kali ke sekolah, momen ketika kami melewati beberapa kesulitan seperti bahasa, momen ketika ada school break, momen dengan teman-teman sekolah, momen ketika mereka membantu, hingga momen pada saat tiba hari terakhir sekolah. Pertanyaan pamungkas dari kegiatan tersebut adalah: "Hal apa sajakah yang aku tinggalkan di sekolah Italiaku?"

Aku bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk membawakan 16x presentasi seputar Indonesia dan agama Islam. Pertanyaan-pertanyaan seputar shalat 5 waktu, bulan suci ramadhan, dan stereotype yang ada dapat kujelaskan menurut pendapatku, dan semoga bisa diterima oleh mereka. Hal ini mengingatkanku mengenai salah satu topik yang sangat hangat pada bulan Februari lalu. Topik ini dibahas pada camp pertengahan tahun di Terralba dari 23 Februari hingga 1 Maret 2017, tentang 'pembangunan dinding dan jembatan'. 

Beberapa bulan lalu, pembangunan dinding di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko sempat menjadi bahan diskusi dihampir setiap forum. Salah seorang volunteer kemudian juga menjelaskan bahwa pembangunan dinding sebenarnya tidak hanya terjadi di Amerika-Meksiko, namun sudah pernah terjadi pula di antara China dan Mongolia, di Hungaria, di Prancis, di Jerusalem dan juga di Berlin. Ia melemparkan pertanyaan: "Untuk apa dinding-dinding tersebut dibangun?". 

Pembaca pasti tahu bahwa dinding tersebut dibangun pemerintah untuk melindungi negara mereka, dan itu adalah hal yang wajar. Namun muncul kemudian stigma "menutup diri". Dari sinilah, seorang volunteer menyimpulkan, "bahwa biarpun pemerintah di beberapa negara sedang gencar membangun dinding untuk melindungi negaranya, kita anak-anak pertukaran pelajar, tetap harus gencar membangun jembatan antara satu sama lain untuk melindungi dunia."

Kesimpulan itulah yang membuatku semangat untuk mengambil setiap kesempatan yang ada di sekolah, maupun tempat lain, melakukan 16 presentasi secara marathon, berbagi kisah dan budayaku ke mereka sembari aku mempelajari kisah dan budaya mereka. Inilah misi utama dari adanya "AFS". 

...................

Setelah makan siang, kami melanjutkan sesi orientasi pada level terakhir, yaitu level global. Level ini cukup menarik. Ada dua hal yang menjadi topik utama: The World is Ours, dan Equity not Equality. 
Namun, topik yang sangat kusenangi adalah topik pertama. 

Kami dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok diberikan selembar kertas flipchart. Kelompok pertama diminta menggambar laut, sungai, gunung, langit, daratan, emas dan minyak bumi. Kelompok kedua diminta menggambarkan pepohonan, bunga, serangga, sapi, dan ayam. Selanjutnya kelompok ketiga diminta menggambarkan rumah, telur, apel, daging dan pakaian. Sementara kelompok terakhir diminta menggambar mobil, smartphone, laptop dan internet. 

Lalu kami duduk melingkar dengan 4 lembar tersebut ditaruh dilantai saling menyambut membentuk lingkaran. Ada 3 situasi yang dibacakan oleh seorang volunteer dan kami harus menanggapi situasi tersebut serta mencari solusi bersama. 

Situasi pertama adalah: Telah terjadi gempa bumi yang menghancurkan banyak rumah, jembatan dan jalanan di kota kami. Apa yang harus dilakukan? 
Kami pun sepakat untuk membangun ulang kota tersebut, dan menggunting gambar pepohonan sebagai pertanda bahwa kami telah menggunakan sumber daya tersebut untuk membangun rumah cepat jadi. 

Situasi kedua adalah: Sebuah perusahaan besar membeli sebuah tanah di dekat ladang kami. Perusahaan ini mengakibatkan sumber air untuk pertanian dari sungai terdekat tidak dapat difungsikan lagi, mengakibatkan hasil pertanian berkurang dan harga pangan menjadi naik. Apa yang kami lakukan? 

Situasi ketiga: Sebuah perusahaan tambang minyak bumi telah melakukan kesalahan. Salah satu mesin pengebor minyak mengalami kebocoran dan mengakibatkan minyak tumpah di laut lepas. Sejumlah biota laut pun mati. Apa yang akan dilakukan?

Dan situasi terakhir: Di sebuah kota dengan tingkat kemiskinan yang tinggi memiliki sebuah taman nasional yang indah. Pemerintah kota tersebut memutuskan untuk membuat sebuah resort yang besar di taman nasional tersebut. Turis-turispun berdatangan, namun mengakibatkan taman nasional yang ada justru rusak. Apa yang akan dilakukan?

Setelah situasi terakhir tersebut, ada satu hal yang kami sadari, bahwa flipchart yang sebelumnya utuh mulai berlobang-lobang. Dan hampir habis semua. Hal ini diakibatkan setiap respon yang kami temukan, maka kami harus menggunting bahan baku yang kami gunakan. Contohnya: pada situasi kedua, kami memutuskan untuk menggunting emas yang akan dijual dan hasil pendapatan akan digunakan untuk membeli alat untuk menampung air. 

Sementara itu, untuk situasi ketiga, kami memutuskan untuk menggunting alat berat/mesin dari flipchart kelompok ke 4 untuk menyedot minyak yang tumpah di lautan. Dan situasi terakhir, kami menggunting banyak hal mulai dari bunga, binatang, serangga, dan lain sebagainya. 

Ternyata, hal-hal ini, karena ke-agresifan kita dalam mengeksploitasi sumber daya yang ada, justru benar-benar merusak planet yang kita tinggali saat ini. Simulasi ini benar-benar menyadarkan kami akan hal yang benar-benar mengancam generasi selanjutnya. Inilah yang sungguh menarik perhatianku. 

....................

Setelah kegiatan-kegiatan orientasi, kami berkumpul di halaman untuk melakukan sesi foto bersama. Masing-masing dari kami diberikan kaos seragam camp yang dapat kami bawa pulang ke negara masing-masing. Para kaum adam mendapatkan kaos abu-abu, sedangkan kaum hawa berwarna merah muda. Sesi foto ini dilakukan beberapa kali, antara lain foto bersama anak-anak saja, dengan volunteer, membawa bendera negara masing-masing, dan dengan bendera sardegna. Kenapa bendera Sardegna? Karena salah satu volunteer berteriak: "Siamo Sardi, Non Italiani!". Hahaha, yang artinya, "Kami orang-orang Sardegna, bukan Italia". Memang, bagi orang Sardi, mereka sangat bangga akan pulau mereka sendiri. 
Chapter Terralba
Bendera negara masing-masing
Bendera Sardinia

We Are the world
Tak lama setelah itu, kami makan malam dan melanjutkan pada kegiatan terakhir. Kegiatan ini dibagi dalam kelompok sesuai centro locale / chapter. Kami diberikan flipchart lagi dan diminta untuk menulis apapun yang kami inginkan, bisa saja ucapan terima kasih, kritik, saran atau pesan kesan lainnya ke chapter kami. Flipchart ini setelah camp selesai akan dikirim ke Hosting Coordinator Nasional di Kantor Nasional AFS Italia. Kemudian ketika kami sudah balik ke negara masing-masing, Diana Maratea (hosting coordinator) akan mengirim flipchart tersebut ke kantor local chapter / centro locale yang sesuai. 
With Yuki & Eylul

With Siyang

Latinis!
Sunset terakhir di camp
Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir di hari itu, berangsur hingga pukul 23.30 malam. Kami, bak tentara, balik ke kamar masing-masing untuk beristirahat, (paling tidak sampai volunteer benar-benar masuk kamar mereka), karena setelah itu, kami berkumpul lagi di salah satu kamar dan berbincang-bincang hingga subuh.


Comments

Popular Post