All my bags are packed... (2)

Kedatangan
Jumat, 9 September 2016
12.40 Waktu Roma, Bandara Internasional Fiumicino-Leonardo Da Vinci Roma 
Terminal 3
Pesawat kami parkir di remote area dimana kami harus naik bus menuju imigrasi. Sesuai prosedur yang disampaikan saat briefing di Jakarta, sebelum imigrasi, semua peserta sebaiknya ke WC dulu. Akhirnya, kita nyari WC. 
Di bus
Setelah prosesi siraman di WC selesai, kita kudu ngantre di imigrasi yang warbyazah gak jelas antriannya. Kounter imigrasi hanya beberapa yang beroperasi, tetapi entah kenapa termasuk cepat prosesnya. Dari hasil pantauan gua, bapak petugas imigrasi yang tanpa kumis membuka buku paspor, melihat wajah gua sebentar, melakukan scanning, kemudian “JEPREK” suara cap sudah mendarat di salah satu lembaran paspor gua. Kemudian dengan enteng, sih bapak kasep melempar buku itu ke gua dan gua dipersilahkan masuk ke tanah Italy. 
Gua menunggu 13 anak lainnya untuk melewati proses imigrasi. Alhamdulillah, gk ada masalah, hanya saja menunggu agak lama, hampir sejam. 
Perkenalan Srudits.
So, Srudits ini terdiri dari 14 anak. (5 cowok, 9 cewek), dengan masing-masing keterangan:
1. Chapter Padang, Domisili Jambi: Palita Rana Putinagari (Isyana-nya kita)
2. Chapter Jakarta, Domisili Jakarta: Saffira Annisa Bening
3. Chapter Bogor, Domisili Depok: Amalia Nan Renjana
4. Chapter Bandung, Domisili Bandung: Sonia Florence Servin Pardede (Raisa-nya kita)
5. Chapter Yogyakarta, Domisili Jogja: Archandra Viryasatya Sugama
6. Chapter Yogyakarta, Domisili Jogja: Setyawan Putra Sujana
7. Chapter Yogyakarta, Domisili Jogja: Salsabil Priladiya Rafida
8. Chapter Semarang, Domisili Tegal: Sekar Mentari
9. Chapter Surabaya, Domisili Surabaya: Haritz Lawana Prakasa
10. Chapter Mataram, Domisili Mataram: Muhammad Aziz Putra Akbar 
11. Chapter Makassar, Domisili Makassar: Arifi Jauhary Sudan
12. Chapter Makassar, Domisili Makassar: Andi Jihan Nashila Haris
13. Chapter Samarinda, Domisili Samarinda: Alifia Nurfajri Henia
14. Chapter Pontianak, Domisili Pontianak: Nada Atika. 

Dari area imigrasi, kami melewati beberapa konveyor belt sambil mencari-cari bagasi kami. Para bujang Srudits kompakan memakai sapuq (ikat kepala khas Lombok) sebagai identitas kami. 
Masuk ke aula konveyor belt selanjutnya, ada salah seorang volunteer AFS yang memegang tulisan AFS sudah menunggu kami. Ternyata bagasi kami sudah tersusun rapi tinggal diambil. Kami pun diarahkan menuju ke luar dan bertemu teman-teman AFs lainnya yang tiba hapir bersamaan. 
Tiba di Bandara Roma
Kami berkenalan dengan AFS Belgia, AFS China dan AFS Swiss. Sungguh, tubuh mereka gede-gede. Kakak volunteer melakukan absen dan memberikan sebuah name tag yang memuat informasi tentang kami. Yaitu: Nama, negara asal, kota tujuan, chapter penanggung jawab, dan group waktu keberangkatan. Gua mendapatkan group F yang berangkat pukul 9.30. 
Tak lama setelah itu, kami berangkat menuju hotel dengan satu bus. Sesampainya di hotel, ada beberapa birokrasi yang kami lewati. 
Pos 1. Lapor diri dan diberikan label untuk tas, koper kabin dan koper bagasi.
Pos 2. Pengecekan Visa oleh Volunteer.
Pos 3. Penyimpanan bagasi di suatu aula, dan kita diberikan sebuah amplop yang berisi safety guide, welcome book dan juga dokumen untuk residence permit. 
Pos 4. Fitting kaos Intercultura (AFS Italy).
Pos 5. Ambil kunci kamar.
Selfie pertama setibanya di Hotel
Setelah selesai dari pos 5, kita boleh menuju kamar untuk relax sejenak hingga menunggu waktu malam. Gua sekamar dengan Acha dan Chandra di kamar 333, sedangkan Arifi dan Putra di kamar 334. Kira-kira, kita selesai solat Zuhur-Ashar sekitar jam 4.30 sore dan memutuskan untuk berbaur dengan anak-anak AFS lainnya di lobby hotel. 
Kakak Volunteer mengadakan ice breaking di sebuah aula. Lumayan capek dan berkeringat. Hingga akhirnya jam 6.30 sore, kita, bujang Indonesia memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap. 
Delegasi Indonesia sepakat untuk mengenakan batik pada acara welcoming dinner dan ceremony. Tak lupa, yang cowok pun menggunakan sapuq. Seketika, kami jadi center of attention dan atribut foto. 
(Kiri-kanan: Putra, Arifi, Acha, Chandra, Aziz)
Saat dinner, salah satu volunteer Intercultura (mas yang brewokan berdiri di tengah), meminta untuk berfoto bersama.
Suatu kebanggaan ketika melihat satu set angklung dipajang di lobby hotel. 
Welcoming ceremony hanya seputar kata-kata sambutan dari petinggi Intercultura. Dimana gua, sudah mengantuk karena jetlag masih menguasai alam bawah sadar gua. 
Barisan Delegasi Indonesia
Balik ke kamar, dan menikmati malam pertama di Italy sekaligus malam terakhir bersama orang Indonesia di tahun 2016. 
Delegasi Indonesia yang akan segera berpencar selama 303 hari.

Comments

Popular Post