Diundang Patungan

Venerdi, 16 Settembre
PROLOG: Pada post gua sebelumnya, gua menginformasikan bahwa gua merupakan pelajar yang ditukar. Kebetulan penempatan gua di Italy, dibawah naungan Intercultura (Organisasi yang bekerja sama dengan AFS di Italy) Chapter Terralba. Chapter Terralba sendiri untuk program tahun 2016-2017 menerima 5 orang pelajar. Mereka adalah: Mariel dari Paraguay, Juan Domingo dari Costa Rica, Vanda dari Thailand, Paulina dari Polandia, dan terakhir yang amat kece.. Gua dari Indonesia. Uniknya, kami ber-5 tidak ada yang tinggal di Kota Terralba, melainkan di kota lainnya. Mariel dan Paulina tinggal di Uras, Juan Domingo dan Vanda tinggal di Arborea, sedangkan gua yang single fighter mulai berangkat dari Lombok ke Jakarta, Roma ke Sardinia, seorang diri dari Indonesia yang berada di Sardinia, lagi-lagi menjadi peserta AFS yang tinggal sendiri di Marrubiu. 
—–
So, pada hari ini, Mariel merayakan peristiwa bersejarah dimana 18 tahun yang lalu, ia dilahirkan. Semalam sebelumnya, host momnya doi mengumumkan di grup whatsapp ‘mama-mama hosting’ bahwa akan dirayakan secara surprise untuk mariel. Jadi, host mum gua menanyakan, bila gua ingin ikut atau tidak. Berhubung, hari itu merupakan hari ke-3 gua sekolah dan duduk manis selama 5 jam setiap hari mendengarkan guru yang terhormat tanpa mengerti sepatah katapun dalam bahasa Italy, gua menyetujui untuk datang ke undangan tersebut (rindu berbicara bahasa Inggris dengan mereka). Akan tetapi, mamma tidak bisa datang sebab ada halangan, alhasil gua berangkat sendiri diantar-jemput oleh responsibile ospitalita Luciana Lugas. Sebelumnya pula, gua sudah diinformasikan bahwa akan ada biaya patungan 10 Euro, entah untuk apa. 
Gua tidak ingin datang tanpa membawa kado, jadi, gua buka lemari tempat penyimpnanan benda-benda pusaka yang gua bawa dari Indonesia (lebay sih, maksudnya oleh-oleh). Gua memutuskan untuk menghadiahinya sebuahscarf batik. Karena gua datang ke Italy dengan modal terbatas, gua punya bungkusan kado, tetapi gak punya kotak untuk menjadi cover sih scarf. Gua cari kardus kosong/bekas dan menemukan ukuran yang tepat. Kardus kecil itu merupakan bekas nasi basmati yang dimasak tempo hari. Jadi, gua masukin tuh scarf ke dalam KOTAK NASI BASMATI PRODUKSI CONAD SUPERSTORE dan dibungkus lagi dengan bungkusan kado yang sengaja gua bawa dari Indonesia, untuk hemat duit (mata minimalis). 
Singkat cerita, gua dijemput sekitar jam 9.00 malam waktu setempat (ya iyalah, masa waktu 2 tempat –> apaan sih).. Dari Marrubiu, gua menuju Uras yang memakan waktu sekitar 15 menit dengan mobil (mobilnya warna item, jangan tanya apa2 lagi). Tiba di sebuah pizzeria (tempat makan pizza, bukan showroom mobil, mentang2 di Italy produksi mobil, bukan berarti semua jualan mobil), beberapa orang sudah hadir termasuk sanak saudara dan kerabat dari host parents Mariel. 
Gua yang datang bersamaan dengan Vanda pun memperkenalkan diri. Disana sudah ada Juan Domingo dan Paulina. Saat gua datang, gua ditagih 10 euro. Uang itu untuk patungan beli kado untuk Mariel, yang sepertinya nama gua juga gak tercatat sebagai list pemberi kado, tapi karena kendala bahasa, gua pasrah dan ikhlas.. Ikhlas bener kok. :) Lagi pula, gua udh nyiapin juga 10 euro karena memang sebelumnya sudah diperingati. 
Tak lama menunggu, Mariel pun datang dan “SURPRISE”!!!! Blablablabla, makan minum dan ngobrol segala macamnya. Pre-memory..
Tiba-tiba lampu pizzeria mati, dan host mom Mariel datang membawa sebuah kue yang cukup gede dengan lilin menyala terang.. (Jadi baper, “Engkau lilin-lilin kecil,, sanggupkah kau mengganti, sanggupkah kau hidup di Italy…”) Sambil bertepuk tangan, kita menyanyikan lagu Happy Birthday versi Italy, kurang lebih seperti: Tanti Auguri……
Setelah tiup lilin, ada proses yang gua tidak duga sebelumnya. Yaitu buka kado. Satu per satu, kado dibuka. Kado-kado yang duduk rapi di meja Mariel terlihat berkelas. Ada yang kotak kecil warna merah seperti bungkus perhiasan, ada yang dengan paper bag classy berpita.. Pas dibuka, kalung, cincin, anting-anting, kosmetik.. High-class euy. 
GUA LANGSUNG PANIK. Bukan masalah kadonya sih, karena scarf itu klo disandingkan dengan kado lainnya, gk jauh beda kok. Memang belinya di Mir**a Batik di Jogja dengan harga seberapa, tapi biaya tiketnya diitung juga dong dari Jogja, ke Jakarta, ke Roma, ke Cagliari, ke Marrubiu, terus ke Uras. Yang bikin gua panik adalah kardus NASI BASMATI MERK CONAD SUPERSTORE. Yaa, akhirnya gua nanggung malu dikit, tapi untung Mariel dan hostmomnya tersanjung dengan scarf batik tersebut. Phewww…
Skip skip skip… Jam hp menunjukkan pukul 23.45, gua udh mulai ngantuk tapi belum ada tanda-tanda akan pulang. Akhirnya, gua jalan-jalan di luar pizzeria. Tiba-tiba, Luciana Lugas memanggil, (dalam hati.. YESSS PULANG JUGAA).. 
Oh manakala, impian itu belum bisa terwujud sebelum gua bayar patungan makan 10 euro lagi. Gubrak. Sekali lagi, gua ikhlas. Yang penting, akhirnya gua pulang dan sampe rumah jam 00.30. 

Comments

Popular Post