Bus biru yang setia

Hi guys, ini post pertama gua di blogspot setelah pindahan dari tumblr. Post ini merupakan post gua ke-11, yang dipublikasikan tepat pada 1 bulannya gua di tanah Mussolini. Gua pengen cerita tentang salah satu keseharian selama 1 bulan tersebut.

So, enjoy...! --> 

Di kota gua, Marrubiu, terdapat 2 perusahaan bus yang berseliweran di jalanan. Perusahaan milik pemerintah namanya ARST (Azienda Regionale Sardi Trasporti), sedangkan perusahaan swasta yang ada adalah FATA. Sebenernya nih, perusahaan bus swasta menjamur di penjuru pulau, tetapi FATA ini merupakan layanan antar kota Terralba-Marrubiu-Oristano. Bus dengan warna lambung mayoritas biru ini, doyannya dinaiki penumpang yang mayoritas pelajar. Pak/Bu Supir bus selalu sama, setia mengantar kami ke sekolah masing-masing dan menjemput lagi siang hari. 
Terralba-Marrubiu-Oristano

Beda dari cerita temen gua di Belgia, yang udah beberapa kali salah naik bus, hingga akhirnya menginap di KBRI, gua punya masalah lain. Alhamdulillah, bus gua selalu on-time dan selalu hadir tiap hari. Hanya saja, konfigurasi tempat duduknya yang bikin gua tersiksa. -- For your information, tinggi gua 179cm, dibanding beberapa orang Eropa bagian utara, gua terhitung pendek. Tapi dibanding mayoritas orang di Marrubiu dan sekitarnya, gua bak menara yang menjulang tinggi. -- Semua bus FATA memiliki interior seperti bus pariwisata, dan sebagian besar memiliki seat pitch yang lebih parah dari maskapai Singa-di Indonesia. Nih fotonya:

Dulu, waktu seminggu pertama sekolah, gua paling benci momen-momen pas naik bus. Ketika pembaca membayangkan budaya tertib yang biasanya nempel pada orang barat, perlu gua infokan bahwa hal itu tidak berlaku disini. Yang namanye anak muda, di seluruh dunia, pasti energetic (alias kadang pengen duluan, meski motong antrian gak jadi masalah), creative (alias rada usil/curang), dan muka cool (alias gak acuh). 

Bus akan tiba di jam-jam tertentu dan akan menjemput penumpangnya di halte tertentu. Sebelum bus datang, kito orang udah masang kuda-kuda untuk naik ke bus. Hukum disini adalah: "masuk duluan demi kenyamanan, masuk belakangan nikmati goncangan." Gua udah pernah beberapa kali gak dapat kursi, dan jujur, perjalanan 17km lebih dengan bus yang melaju cepat (karena semua supir di sini adalah sepupunya Rossi), sangat gak enak. Bus yang relatif jadul, menambah ketidaknyamanan sebab lubang kecil di jalan bisa kerasa guncangannya. Overall, hal yang menjadi pokok utama dari paragraf ini adalah, bus tersebut akan menemani gua selama 274 hari kedepan.

Maaf, gua gak punya foto busnya, karena memang gak ada yang punya niat ngambil foto. Kalau ngambil foto, pasti masuknya belakangan, udah gak ada kursi.

Comments

Popular Post